MITOS
*
Anak gadis dilarang keras makan di depan pintu, katanya bisa batal
dilamar orang alias balik kucing. (ini mitosnya). Kalau dipikir-pikir
memang tidak pantas makan di depan pintu, fungsi pintu hanya untuk jalan
keluar masuk saja. Kalau memang makan ya di ruang makan atau di tempat
yang layak untuk makan.
*Calon pengantin perempuan dilarang keras keramas ketika
dekat hari H kenapa ? katanya supaya tidak turun hujan deras ketika
resepsi berlangsung yang bisa mengacaukan acara. Masuk akal tidak ya ?
keramas dan hujan ? logikanya kenapa calon pengantin perempuan dilarang
membasahi rambutnya (keramas) karena kata penata rias pengantin, kalau
rambut yang akan disanggul itu di keramasi maka tekstur rambut jadi
halus dan lembek ini menyulitkan si penata rambut memasang sanggul.
*
Seorang Ayah yang pulang kerja, ketika punya baby harus ke kamar mandi
dulu untuk cuci tangan dan kaki, katanya supaya setan dari luar yang
ikit di badan si Ayah tidak menakuti bayinya. Logika untuk itos ini
mudah saja tentu saja orang yang pulang kerja lewat jalan yang penuh
dengan debu dan kotoran, belum lagi kalau macet dan asap kendaraan
menempel di baju. Bayi yang baru lahir belum memiliki anti body yang
kuat jadi rentann terkena berbagai macam penyakit. Debu dan kotoran yang
menempel di baju si Ayah ialah sarang kuman dan virus, jadi harus
dihilangkan dulu dengan cara cuci tangan dan kaki, lebih baik lagi kalau
mandi dulu, baru timang-timang anak tersayang.
LEGENDA
Legenda Candi Prambanan
Di
dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di
Indonesia. Candi ini dibangun dalam abad kesembilan Masehi. Karena
terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan
tetapi juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang, sebuah nama yang
diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah
ceritanya.
Konon
tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di
Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar
kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah
juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang.
Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang
bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena
dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung.
Dengan
persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana
Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri
bekas lawannya — ya, bahkan putri raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun
juga, dia akan memperistrinya.
Lara
Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan
menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso asalkan
syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu
candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu
semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia
minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara
roh-roh halus.
Pada
hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan roh-roh
halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah
mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat pagi
hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu
sumurnya pun sudah hampir selesai.
Seluruh
penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa
semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat?
Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta
menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium
bau bunga-bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan
mereka karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang
sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan
tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso
menyelesaikannya.
Keesokan
harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan
main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan — tidak akan
ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan
tua. Sedangkan Lara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca
tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai sekarang
dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut
Candi Sewu yang artinya seribu.
CERITA RAKYAT
Kelelawar Yang Pengecut
Di
sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan.
Tiba-tiba seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan
kepunyaan Singa. “Kurang ajar” kata singa. Sang Raja hutan itu sangat
marah sehingga memerintahkan seluruh binatang untuk berkumpul dan
menyatakan perang terhadap bangsa burung.
“Mulai
sekarang segala jenis burung adalah musuh kita”, usir mereka semua,
jangan disisakan !” kata Singa. Binatang lain setuju sebab mereka merasa
telah diperlakukan sama oleh bangsa burung. Ketika malam mulai tiba,
bangsa burung kembali ke sarangnya.
Kesempatan
itu digunakan oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang.
Burung-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih ada burung hantu
yang dapat melihat dengan jelas di malam hari sehingga mereka semua bisa
lolos dari serangan singa dan anak buahnya.
Melihat
bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas
menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata,”Sebenarnya aku termasuk
bangsa tikus, walaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk
bergabung dengan kelompokmu, Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk
bertempur melawan burung-burung itu”. Tanpa berpikir panjang singa pun
menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.
Malam
berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok
burung dan berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi,
ketika kelompok Singa sedang istirahat kelompok burung menyerang balik
mereka dengan melempari kelompok singa dengan batu dan kacang-kacangan.
“Awas hujan batu,” teriak para binatang kelompok singa sambil melarikan
diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal tersebut sehingga ia
berpikiran untuk kembali bergabung dengan kelompok burung. Ia menemui
sang raja burung yaitu burung Elang. “Lihatlah sayapku, Aku ini seekor
burung seperti kalian”. Elang menerima kelelawar dengan senang hati.
Pertempuran
berlanjut, kera-kera menunggang gajah atau badak sambil memegang busur
dan anak panah. Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung
kelapa agar tidak mempan dilempari batu. Setelah kelompok singa menang,
apa yang dilakukan kelelawar ?. Ia bolak balik berpihak kepada kelompok
yang menang. Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang dimiliki
kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok
burung.
Mereka
sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun bersahabat
kembali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka.
Kelelawar merasa sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang
gelap. Ia baru menampakkan diri bila malam tiba dengan cara bersembunyi.